Para ulama besar sufi terkemuka yang semula menolak tasawuf seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali Dan banyak lagi ulama lainnya akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri. Ternyata dalam proses perjalanan menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Guru Mursyid yang berperan sebagai pembimbing pembuka futuh (pembuka pintu ma'rifat) (diantara mereka akhirnya menempati kedudukan Wali quthub al ghouts, raja para wali di masanya) Terkadang seorang ulama terlalu tinggi hati untuk berguru kepada ulama lain yang telah mencapai derajat ma'rifat, karna takut jatuh martabatnya dihadapan mahluk, takut diketahui orang karna berguru pada orang lain, merasa cukup ilmu, hafalbanyak hadist, ahli fiqih, sudah mempeajari banyak kitab kuning, semua karna kesombongan dan ego yang tinggi, menganggap diri sudah alim sehingga tidak perlu lagi berguru,