Langsung ke konten utama

Pentingnya Konsep Syariah Untuk Kemajuan Ekonomi Islam


Waktu terus berjalan tanpa terasa umur pun terus bertambah dan jatah hidup di dunia ini juga sudah berkurang. Hari ini umur saya memasuki 29 tahun. Namun, terasa belum ada hal yang bisa saya berikan untuk kepentingan ummat dan agama. Adapun orang yang saya kenal saat ini sudah banyak memberikan jiwa dan raga mereka untuk memikirkan dakwah. Mereka pergi merantau yang jauh dengan tempat kelahirannya hanya untuk belajar ilmu agama. Beruntunglah mereka yang menempuh jalan yang sangat berguna ini baik untuk di dunia maupun di akhirat nantinya.

Dakwah merekan memang dengan cara menuntut ilmu dan memberikan/mengajarkan kepada orang lain merupakan dakwah yang sangat bagus dan memiliki tingkat yang mulia. Namun apalah daya diri ini yang hanya di kampung belum bisa memilih untuk mengikuti jalan mereka. Walaupun demikian diri ini ingin seperti mereka yang tidak perduli lagi dengan tipuan dunia ini, mereka rela berkorban untuk meninggalkan nikmat dunia demi mendapatkan nikmat akhirat.

Saat ini diri ini banyak menghabiskan waktu di depan monitor, mencari rezeki untuk kebutuhan. Sambil duduk mencari rezeki dengan cara berjualan diri ini juga mengenal yang namanya dunia internet. Berbicara dengan internet, semakin hari semakin berkembang dan canggih.

Banyak hal yang bisa dilakukan dengan adanya jaringan internet, seperti mencari informasi lewat situs online maupun sosial media. Sosial media salah satu yang sudah saya kenal sejak tahun 2010 yang lalu sehingga saya membuat akun facebook pertamanya yang diajarkan oleh seorang teman. Itulah awalnya saya mengenal yang namanya sosial media.

Pada sekitar tahun 2012 saya mengenal yang namanya blogger, kemudian saya membuat akun blogger dengan blogspot secara gratis. Banyak hal yang pelajari secara otodidak alias secara online. Hingga saat ini sudah lebih kurang  9 tahun mengenal yang namanya sosial media, maka saya ingin menggunakan sosial media ini untuk bisa mendukung agama.

Dakwah memang butuh pengorbanan baik harta bahkan jiwa kita. Saya teringat kisah awal masuk Islam, Nabi Muhammad menjalankan dakwahnya dengan mengorbankan dirinya dan juga harta yang Beliau miliki, hingga habis semua harta Siti Khatijah. Dari kisah itu saya memahami dakwah yang saat ini dijalankan oleh ummat Islam juga harus mengorbankan harta walaupun dengan jumlah besar.
Kita saat ini hidup di negara yang memiliki banyak agama sehingga negara tidak semuanya berjalan dengan aturan Islam. Banyak muamalah yang dilakukan secara hukum menyeleweng sehingga ada merasa yang dirugikan. Misalnya seseorang ingin berhutang uang kepada yang lainnya maka membuat perjanjian dengan membayar lebih seperti membayar lebih sebesar 10%. Begitu juga sering terjadi pada pembelian properti seperti beli rumah konvensional, mau bayar cepat kena sanksi, bayar telat kena denda, mau bayar cicil riba. Itulah yang membuat orang serba salah jika memperhatikan aturan agama.

Perlu kita syukuri belakangan ini dalam beberapa tahun yang lalu berbagai macam bisnis sudah mulai sadar dan kini mulai menerapkan konsep Islam seperti kini sudah mempunyai bank syariah ( walaupun belum 100% ) namun ada niat untuk memulai kembali dengan konsep Islam yang bebas riba. Selain itu di bisnis properti juga sudah mulai dijalankan dengan konsep sesuai syariah. Sebagian developer properti kini sudah mulai bergabung dan mengembangkan konsep Islam, misalnya menjual rumah dengan meniadakan bunga, denda, sita, akad bathil ( bermasalah ) dan tanpa berhubungan dengan bank.

Namun perjuangan mereka juga bukan berjalan mulus, banyak juga orang yang tidak suka, itu menurut pengalaman saya sendiri. Ada developer sekaligus marketing properti syariah membuat iklan berbayar di media sosial, saya membaca komentarnya macam-macam ada yang menulis seolah-olah begini “ jangan jadikan agama sebagai tameng bisnis “. Komentar yang begini mungkin menurut saya kurang pas, padahal para developer khusus properti itu sudah mulai menerapkan konsep Islam dalam akadnya kenapa kita tidak mendukungnya. Mungkin di dalam menerapkannya kurang benar, itu bisa kita ajak musyawarah pihak developer untuk bisa memperbaikinya sehingga benar-benar sesuai syariah, bukan menjatuhkan.

Pengalaman ini semoga bisa menjadi renungan kita semua, agar kita tidak menjatuhkan orang yang mau menerapkan konsep syariah. Mari kita hidupkan kembali kejayaan Islam dari semua segi, khususnya bisnis Islam sehingga keuntungan para developer ( pebisnis ) bisa disumbangkan untuk kemaslahatan ummat. Kalau para developer ( pebisnis ) Islam maju maka mereka berlomba-lomba mengeluarkan zakat dan zakat itu akan dibagikan untuk mustahik yaitu orang fakir miskin maka pertumbuhan ekonomi Islam akan berkembang.

Postingan populer dari blog ini

Jalan Shufi

Para ulama besar sufi terkemuka yang semula menolak tasawuf seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali Dan banyak lagi ulama lainnya akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri. Ternyata dalam proses perjalanan menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Guru Mursyid yang berperan sebagai pembimbing pembuka futuh (pembuka pintu ma'rifat) (diantara mereka akhirnya menempati kedudukan Wali quthub al ghouts, raja para wali di masanya) Terkadang seorang ulama terlalu tinggi hati untuk berguru kepada ulama lain yang telah mencapai derajat ma'rifat, karna takut jatuh martabatnya dihadapan mahluk, takut diketahui orang karna berguru pada orang lain, merasa cukup ilmu, hafalbanyak hadist, ahli fiqih, sudah mempeajari banyak kitab kuning, semua karna kesombongan dan ego yang tinggi, menganggap diri sudah alim sehingga tidak perlu lagi berguru,

Toleransi Hasan Bashri Bertetangga Nasrani

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi. Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin. Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya. Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam  tanpa me

Kesopanan Murid Terhadap Guru

Telah berkata Saidina Ali Karamallahu Wajhah : اَنَاعَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِيْ حَرْفًا Maksudnya : “ Aku adalah seperti hamba bagi yang mengajari aku satu huruf ”. Ketahuilah hai murid, bahwa guru engkau itu adalah mendidik engkau dan membersihkan jiwamu, dan mengajari engkau ilmu pengetahuan untuk keselamatan dunia akhirat. Maka telah menjadi wajib engkau memuliakannya dan menghormatinya. Adalah adab – adab murid terhadap guru sangat banyak, sebahagian dari padanya ialah memberi salam waktu berjumpa, dan duduk bersopan dihadapannya, dan jawab perkataanya dengan sopan dan dengarkan benar – benar pelajaran yang diterangkan, dan jangan sekali – kali engkau bermain – main waktu guru memberi pelajaran dan jangan engkau ucapkan kata – kata yang kasar terhadap guru, dan kalau engkau dimarahi guru haruslah engkau terima dengan baik karena ingatlah bahwa gurumu itu hanya bermaksud untuk kebaikanmu. Di tanah Mekkah pernah terjadi seorang murid menembak gurunya dengan takdir Allah berhil